Senin, 25 Januari 2010

24-01-2010 : Hari kedua belajar budidaya belut

Seperti terkena tsunami, belutnya mati hampir tidak tersisa. Dari 200 kg bibit belut yg coba dibudidayakan tersisa hanya +/- 5 kg saja. Dimanakah letak kesalahannya sehingga bibit belutnya mati hingga mencapai 90% ?

Kemarin ada Pak Fajar (seorang praktisi,trainer dan pemilik baitul ilmi) tempat kami membeli bibit belut datang ke Jonggol untuk mengecek penyebab dari kematian belut-belut tersebut. Analisa awal beliau bahwa belut-belut yg mati disebabkan oleh tempat pemeliharaan kurang terlindung dari sinar matahari / kurang teduh.Harus diakui bahwa torn untuk tempat belut letaknya agak terbuka, kurang pepohonan dan torn-nya hanya di tutupi oleh dedaunan.
Selain itu waktu pengangkutan dari sentul sudah siang dan dengan bak terbuka ditambah lagi macet, sehingga kemungkinan stress tinggi.

Dari hasil analisa tentang kematiann belut yg begitu besar, dapat disimpulkan untuk mengatasi masalah tersebut dengan cara :

1.Bibit belut saat pengiriman sebaiknya dilakukan bukan siang hari, kerena sifat belut yg hanya tahan pada temperatur 28°C.
2.Biarkan belut berada pada tempat awal selama maksimal 3 hari sebelum dipindahkan ke bak / torn. Saat memindahkan belut, air pada tempat awal di sisakan sedikit. Gunanya agar belut bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya. Selain suhu udara PH balance air juga harus diperhatikan. PH balance air untuk belut adalah 7.
3.Jika ada belut yg berlendir, secepatnya dipindahkan ke tempat lain dan air dalam bak / torn tersebut harus di ganti.
4.Bersihkan sisa pakan belut yg sudah mulai membusuk, karena dapat menyebabkan belut terserang penyakit.

Dan yg terpenting adalah adanya monitoring secara rutin untuk mengantisipasi kematian belut tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar